Kamis, 21 November 2013

Kenalin, Nama lengkap gue Auva Muhammad Asysyafi, gue sering dipanggil Auva. Gue tinggal di "KOTA WALI" yuuupzz,. ya. DEMAK.. dikota demak banyak hal-hal yang bisa dilakukan,. Belanja, nongkrong, jalan jalan, kumpul kumpul sma temen'', sampai ziarah pun bisa dilakukan di kota Demak ini,.
Sekarang, gue masih duduk dikelas 2 aliyyah,.  +MA FUTUHIYYAH 2 MRANGGEN DEMAK
Disana,. banyak santri'',. dan gue pun juga santri,. Di pondok pesantren Al-Anwar, gue banyak memperoleh ilmu, teman, sahabat, sampaii,... cewek pun juga bisa didapatkan,. hahaha:) biasa laah,. anak muda zaman sekarang,. tapi soal cewek,. jangan ditiru sob,. karena kisah cinta gue gk semanis madu, dan gk seindah bulan purnama, .. aaaahhh,. malah bahas soal cinta,. lanjutin aja kenalannya ya,.
Gue sejak lahir berada dikalangan pesantren,. yaa Buyut saya Adalah seorang kiai,. ya bisa dibilang salah satu sesepuh di kota demak, beliau mendirikan pondok yang bernama Pondok pesanter Al-Fattah,. yang terletak di Kp. Setinggil, RT 06, RW 02, Bintoro, Demak,. Beliau bernama KH. Abdullah Zaini Bin Uzair,. Sejak kecil saya sudah diajari oleh kedua orangtua saya tentang ilmu Agama, Dari sholat, Mengaji, yaa,. pokoknya tentang agama lah,.

Oke,. makasih atas partisipasinya dah mmbaca postingan saya yng pertama,.
ikuti terus ya,. berta" terUpdate-update lainya,.
wassalamm...:)

Muqoddimah

Assalamualaikum...

Puji syukur atas segala bentuk kasih, sayang, dan kesempatan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Juga, atas nikmat menulis yang luar biasa. Layaknya Albus Dumbledore yang menuang isi pikirannya pada pensieve, saya pun ingin menuangkan kisah-kisah hidup saya pada blog ini. Bukan untuk eksistensi diri, lebih dari itu saya ingin kelak di hari tua masih bisa mengingat-ingat sejauh mana saya sudah melangkahkan kaki melalui tulisan-tulisan yang pernah saya buat.
Saya selalu mengagumi kata-kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Selain itu, saya juga sering membayangkan, sosok Pramoedya mengelus lembut kening saya, sembari berucap, “Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” Dan, saya tersenyum, merasa seluruh alam mendukung pekerjaan mulia ini, belajar menulis, belajar mencipta keabadian.
Terima kasih atas kunjungan ke blog ini, semoga tulisan di sini dapat bermanfaat :)