Rabu, 07 Oktober 2015

Gurau rindu

Ketika detik menggerakan windu dan ketika embun tersenyum menyambut subuh, bisa ku lihat dirimu terkulai di beranda ma'hadmu. Ku hela nafas ini dengan penuh nestapa seraya setetes rindu menangis dalam diam di sela-sela penantian.
Tiap tetes air mata adalah benih ketakutan.
Lisan kalam ku tak berhenti bercibir menuangkan segala kegelisahan dalam otak
Terlukis akan lentikan indah karya sang pencipta.. hidung mungil tertera rapi di selipkan diantara kedua khad, dagu simpul tertanam rapi di tahta syafatain, pijar mata ma'rifat yang terbalut sempurna oleh kelopak, semua terbingkis indah akan selendang berenda
Sosok embun penyejuk dalam setiap tundukan pandangannya,,
yang bertabur berjuta duri yang tak seorangpun mampu menyentuhnya,
Jiwaku telah kehilangan arah, tuntunlah hamba yang menyedihkan ini. Biarlah langit memakiku, biarlah iblis memujiku, aku terus terpaku dan terus dipalu oleh kerinduan. Racuni saja aku!
Ngaliyan, 8 oktober 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar